SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA


SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA


Sejarah merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa, negara, maupun individu. Keberadaan sejarah merupakan bagian dari proses dari kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu tanpa mengetahui sejarah, maka proses kehidupan tidak akan dapat diketahui. Melalui sejarah pula manusia dapat mengambil banyak pelajaran dari proses kehidupan suatu umat, bangsa, negara dan sebagainya.

https://mimpipejuang.wordpress.com/2015/04/19/pentingnya-mengenal-peradaban-islam/

Menurut Ibnu Khaldun, sejarah ialah menunju kepada peristiwa-peristiwa istimewa atau penting pada waktu atau ras tertentu. Agak berbeda dengan defenisi al Magrizi, bahwa sejarah ialah memberikan informasi tentang sesuatu yang pernah terjadi di dunia. Meskipun dalam teori mereka terdapat perbedaan dalam penekanannya, namun mereka sepakat bahwa sejarah adalah peristiwa masa lalu yang tidak hanya sekedar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberi interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat hukum kausalitas.[1]
Masuknya Islam di Asia Tenggara merupakan suatu proses yang bisa dikatakan panjang, dan merupakan suatu bukti bahwa islam demikian kuat pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dikawasan ini. Asia Tenggara adalah sebutan untuk wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah Indo-Cina dan kepualauan yang banyak serta terilingkupi dalam Negara Indonesia dan Philipina. Meliht sejarah masa lalu, terliaht bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang waktu itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama.
Taufiq Abdullah menulis dalam bukunya renaisans islam di asia tenggara, bahwa kawasan asia tenggara terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan atas pengaruh yagn diterima wilayah tersebut. Pertama, adalah wilayah indianized southeast asia, asia tenggara yagn dipengaruhi India yang dalam hal ini hindu dan budha Kedua, sinized south east asia, wilayah yang mendapatkan pengaruh china, adalah Vietnam. Ketiga, yaitu wilayah asia tenggara yag dispanyolkan, atau hispainized south east asia, yaitu philipina.
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa paksaan sehingga Islam mudah dipahami masyarakat. Adapun proses islamisasi ke Asia Tenggara yang berkembang ada beberapa hal yaitu perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik. Namun kami hanya membahas sebagian dari keseluruhan sejarah peradaban islam di Asia Tenggara karena cakupannya terlalu luas dan meliputi banyak Negara.
Oleh karena itu, dalam penulisan ini penulis mencoba untuk menjelaskan pembahasan tentang masuk/ proses Islamisasi si Asia Tenggara, pertumbuhan lembaga social dan politik serta perkembangan keagamaan dan peradaban di Asia Tenggara.

Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi Negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritasatau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam),Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura[2]. Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang mengaku sebagai Muslim.
Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan satu-satunya wilayah  Islam  yang  terbentang  dari  Afrika  Barat  Daya  hingga  Asia  Selatan,  yang mempunyai penduduk Muslim terbesar.Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang  paling banyak  pemeluk  agama  lslamnya.Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.


A. Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudahmempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdaganganinternasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggaradan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentangjauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan puladengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang(618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arabsudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China.
Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama  , bertempat di Canton (Guangzhou),yang kedua  menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat  bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat NabiMuhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto,yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarangkaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri  mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam.
Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para pedagang dan mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga daerah Palembang di SumateraSelatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yangterdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling (kalingga) di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih.
Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan yang dimaksud dengan Ta-Shihadalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tempat orang Ta-Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera atau di Palembang. Namun ada pula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah Terengganu. Terlepas dari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada di bagian Barat Asia Tenggara. Juga ada pemberitaan China  (sekitar tahun 758) dari Hikayat Dinasti Tang yang melaporkan peristiwa pemberontakan yang dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Se. Mereka merusak dan membakar kota Canton (Guangzhoo) untuk membantu kaum petani melawan pemerintahan Kaisar Hitsung (878-899). Setelah melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orang Ta-Shih dan Po-Se menyingkir dengan kapal. Mereka ke Kedah dan Palembang untuk meminta perlindungan dari kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan berita initerlihat bahwa orang Arab dan Persia yang sudah merupakan komunitas Muslim itu mampu melakukan kegiatan politik  dan perlawanan terhadap penguasa China.
Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam ke Indonesia
1.        Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M (684M). Pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masuk pertama kali keIndonesia di Sumatera Utara.
2.        Menurut Dr. Hamka, Agama Islam  masuk  ke  Indonesia pada tahun  674 M. Berdasarkan catatan Tiongkok , saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh(kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling(Kaling/Kalingga)untuk membuktikan keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima diJawa.[3]
3.        Menurut Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 Mkarena di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa-Miim yangberarti tahun 670 M.
Seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20 Maret 1963,mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad I H/abad 7 Mlangsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi ialah pesisir Sumatera.
Sedangkan perkembangan Agama Islam di Indonesia sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di bagi menjadi tiga fase, antara lain :
1.        Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina.
2.        Adanya komunitas komunitas  Islam  di  beberapa  daerah  kepulauan Indonesia
1.        Sumbernya di samping berita-berita asing   juga makam-makam Islam;
2.        Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.[4]

B. Proses Masuknya Islam di Asia Tenggara
Secara umum dikatakan bahwa islam di Asia Tenggara mempunyai karakteristik yang berbeda dengan islam dikawasan yang lain terutama timur tengah yaitu damai, ramah dan toleran. Penyebaran islam di kawasan ini bukan melalui ekspansi pembebasan yang hampir selalu melibatkan kekuatan perang. Konsekuensinya, islam yang ada adalah islam yang lunak atau akomodatif, tentunya termasuk dalam kepercayaan, praktek keagamaan, dan tradisi setempat yang akhirnya terbawa sampai pada penerimaan masalah ideologi negara[5].
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai,terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat AsiaTenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abadke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan  para pedagangyang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang  Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Menurut Uka Tjandra Sasmita[6], prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu:
1.           Saluran Perdagangan
Pada  taraf  permulaan,  proses  masuknya  Islam  adalah  melalui  perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.                       Saluran Islamisasi melauiperdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut sertadalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Merekaberhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlahmereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dankaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik  dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena faktor hubungan ekonomi drengan pedagang-pedagang Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka  kemudian  mengambil  alih  perdagangan  dan  kekuasaan  di tempat-tempat tinggalnya.

2.           Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, Dari sudut pedagang Muslim memiliki status sosial  yang lebih  Baik. Kebanyakan  pribumi. sehingga  penduduk  pribumi  terutama  puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin merekadiislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan merekamakin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunanbangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan inijauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atauanak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turutmempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atausunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten,Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.

3.           Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar  tasawuf atau  para sufi  mengajarkan teosofi  yang bercampurdengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalamsoal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga adayang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mererkayang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti danditerima.
Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaandengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh LemahAbang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan diabad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.

4.           Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yangdiselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu,calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar adaripesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentumengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel DentaSurabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Malukuuntuk mengajarkan Agama Islam.

5.           Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untukmengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetikdari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, sepertisastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.

6.           Saluran Politik
Awalnya pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-qur’an maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanyamemeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islamdi daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia BagianTimur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaannon Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaanbukan Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaanIslam yang sebenarnya:
1.        Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapawilayah pesisir lndonesia, dan  wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudianmelakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa lokalyang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadapperusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memelukagama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintasMuslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagangHindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi keagama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit danuntuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
2.        Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan parasufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum  pedagang, dan  memasuki  perkampungan  di  wilayah  pedalaman.  Mereka  mampumengkomunikasikan  visi  agama  mereka dalam  bentuknya,  yang  sesuai dengankeyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan  demikiandimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengankultur daerah setempat.
3.        Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elitepemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikanlndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasikelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih besar. Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisiyang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atausumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaumsufi pengembara, pengaruh  para murid,  dan  penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.

C. Masa Raja-Raja lslam di Asia Tenggara
Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan Islam di Samudera pasai pada tahun 1292 M di bawah seorang raja al-Malikus Saleh[7]. Kerajaan Islam Samudera Pasai ada pengaruh dari kekerajaan Mamalik di Mesir atau setidak-tidaknya ada hubungan erat antara keduanya. Persamaan nama dan gelar yang dipakai tidak jauh berbeda dengan gelar yang dipakai di Masir.       Gelar al-Malikus Saleh dan al-Malikusz Zahir, raja pertama dan kedua Pasai, sama dengan gelar yang dipakai oleh raja mamalik Mesir. Kerajaan Pasai mengalami perkembangan pesat di masa pemerintahan al-MalikuzZahir II tahun  1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir mendalami ilmu agama. Ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan agama. Ibnu Batutah, sorang ahli Bumi Muslim, pernah melawat ke Pasai tahun 764 H/1345 M memberi kesan bahwa Pasai saatitu sudah maju, baik dibidang agama maupun tatanan sosial.
Pasai sebagai pusat kegiatanilmu agama yang bermazhab Safi’i dan merupakan kota bandar besar untuk singgah kapal-kapal negara lain.Di Jawa, agama Islam mengalami perkembangan pesat di masa kemundurankerajaan Majapahit. Penyebarannya dilakukan oleh para wali yang tergabung dalamanggota wali sembilan, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, S. Bonang, S. Giri, S.Drajat, S. Kalijaga, S. Kudus, S. Muria dan S. Gunung Jati. Wali sembilan berdakwahkepada rakyat sesuai dengan bakat dan keahlian yang mereka miliki.Selain kerajaan Islam samudera Pasai, di Sumatera juga berdiri kerajaan Islam Aceh.Ketika kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Mahmud syah dipukul Portugis, Raja Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menyatukan seluruh daerah Aceh tahun 1507.
Di Jawa berdiri kerajaan-kerajaan Islam, Perkembangan islam di jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja majapahit. hal ini memberi peluang kepada penguasa-penguasa islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen yakni kerajaan Demak (kurang lebih 1500-1550)[8], Kerajaan Islam Banten, Kerajaan Pajang (1546-1580) dan Kerajaan Cirebon. DiKalimantan, tumbuh pula kerajaan Islam, seperti kerajaan Islam Banjar, Kerajaan IslamSukadana, Kerajaan Islam Brunai. Sedangkan Kerajaan Islam di Sulawesi adalah KerajaanIslam Bugis (Bone), Kerajaan Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan Islam di Maluku dan Nusa Tenggara adalah Kerajaan Ternate, Tidore dan Kerajaan Islam Nusa Tenggara.

D.  Negara-Negara Islam di Asia Tenggara

1.        Islam di Malaysia
a.        Perkembangan Keagamaan dan Peradaban di Malaysia
Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia. Hampir 50% dari 13 jutapenduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yangtinggal di Semenanjung Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnikyang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysiadan yang lainnya India dan Arab (Esposito, 1990:55).
Keragaman masyarakat yang demikian besar membawa dampak ketegangan dankonflik-konflik yang cenderung untuk menambah identitas orang-orang melayu, terutamaorang Cina yang lebih meningkat pendidikan dan perokonomiannya dari pada orangmuslimin yang lebih pedesaan.Masyarakat Muslim di Malaysia sebagian besar berlatarbelakang pedesaan danmayoritas mereka bekerja sebagai petani. Mereka cenderung dalam kehidupan komunitasmasyarakat  kampung.  Warga  perkampungan  Malaysia  menjalankan  praktek-praktek keagamaan, meyakini terhadap roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali yang dikeramatkan baik di kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sanatentram dan damai.
Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yangdiakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taatibadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damaiserta mencerminkan keIslaman  agamanya  baik di perkampungan maupun dalampemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik dalam segi dakwah dandalam pengelolaan sekolah-sekolah.
Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara Islam yang lain, seperti:
1.        Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.
2.        Banyaknya bangunan-bangunan  sekolah Islam.
3.        Berlakunya hukum Islam  pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).

b.       Pemerintahan di Malaysia
Pada zaman tradisional Islam di negara-negara  perairan  Malaya  mempunyai hubungan yang erat antara kehidupan kampung dan organisasi kenegaraan. Pemerintahan dibagi menjadi dua ruang lingkup yakni:
1)       Dalam Kehidupan Kampung terdapat dua jabatan yang seimbang. Kepala kampung atau penghulu diangkat olehpejabat yang lebih tinggi untuk menjaga ketertiban lokal, menengahi persengketaan,mengumpulkan pajak, mengorganisir kaum buruh dan bertindak sebagai penyembuhdalam bidang spiritual. Adapun jabatan yang lain yakni Imam masjid yang lokal danmengajar di sekolah lokal. Islam memberikan peranan yang penting terhadap sejumlah ritual dan perayaan yang menjadi simbul solidaritas komunitas perkampungan, dan perayaan beberapa peristiwabesar dalam siklus kehidupan individual seperti perayaan kelahiran, perkawinan, danperingatan kematian.
2)       Dalam kehidupan negaraIslam juga diperlukan bagi negara Malaysia. Para Sultan pada beberapa negara Malaya merupakan kepala sebuah kelompok keturunan Aristokratik yang membuat elitpolitik negeri dan merupakan raja-raja kampung. Seorang penguasa juga disebut sebagaiSultan, Raja dan Yang Dipertuan. Gelar-gelar tersebut merupakan gelar Muslim dan Hinduyang diyakini sejak masa Islam.Pada periode tradisional Sultan merupakan pejabat agama dan politik yang tertinggidan melambangkan corak Muslim masyarakat melayu. Sultan sebagai kepala agamamempunyai wewenang penuh bagi umat Islam di Malaysia. Di samping itu kehidupanberagama di sana terasa sangat formal jika dibandingkan dengan Indonesia sepertikhutbah Jum’at yang harus berisikan doa bagi Sultan dan seluruh keluarganya.
Bahkanpernah  terjadi  pada  waktu  “Idul  Fitri”  di  Masjid  Kuala  Lumpur,  takbir  yang dikumandangkan bersama-sama diberhentikan demi menyambut kedatangan yang Maha Mulia Sultan. Setelah Sri Baginda duduk, barulah bacaan takbir dikumandangkan kembali(Anwar, 1968:XII). Jadi kedudukan seorang Sultan di Malaysia pada zaman dahulu sanga tmulia. Namun kenyataan di atas berubah drastis setelah Malaysia didominasi oleh Inggris. Sistem yang berlaku pada era tradisional ini berubah total. Mereka membebaskan paraSultan Melayu dari otoritas efektif dalam segala urusan kecuali bidang yang berkenaan dengan agama dan adat. Oleh karena itu para Sultan berusaha memperkuat pengaruhmereka pada bidang tersebut sebagai satu-satunya ekspresi dan berusaha memusatkanorganisasi keagamaan Islam dan memperluas kontrol kesultanan terhadap kehidupankeagamaan.

2.        Islam di  Muangthai
a.        Latar Belakang Muangthai
Di Muangthai terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4 % dari pendudukumumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut Islam yaitudi propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan Yala. Pekerjaankaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan adalah petani,pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthai merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17 pernahmenjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulamabesar seperti Daud bin Abdillah bin Idris al-Fatani.Di Semenanjung Malaya, Islam mula-mula meyakinkan penguasa setempat di kotaMalaka yang tadinya berada di bawah kekuasaan raja Siam yang beragama Budha. Sekianabad sebelumnya telah datang agama Hindu dan Budha, beliau membangun sebuahperadaban dengan bukti meninggalkan berkas-berkasnya pada rakyat. Menurut Geertzketika Islam tiba pengaruhnya hanya terbatas pada masyarakat ras melayu, sebelum Islamdapat meluas lebih dalam di daratan Asia dibendung oleh kolonialisme yang sebagaikekuatan baru menyebar luas di seluruh kawasan.

b.       Masyarakat
Masyarakat Melayu sangat terisolasi dari masyarakat Muangthai pada umumnyadankarakteristik  sosial  budayanya  cenderung  untuk  mengisolasikan.  Istilah  masyarakatMuslim hampir sinonim dengan masyarakat pedesaan.
Daerah-daerah perkotaan secaradominan merupakan daerah Muangthai Budhis, yang berhubungan dengan birokrasinegara dan para pedagang serta pemilik tokoh Cina. Hanya ada dua alasan bagi orangMuslim pedesaan Melayu untuk berhubungan dengan orang Muslim bukan melayu didaerah perkotaan. Oleh karena itu, usaha-usaha kecil di desa dimiliki oleh orang-orangMuslim Melayu sendiri.
Dan untuk berhubungan atau berurusan dengan pemerintahanharus  memakai  cara  penghubung  atau  perantara,  maka  kesempatan  diadakannyahubungan antar pribadi antara mayoritas Melayu Muslim dan non Muslim di daerah itusangat terbatas. Para pejabat pemerintah tidak mempunyai banyak kesempatan untukmengetahui dari sifat sebenarnya terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh pendudukdesa. Penduduk desa menyerahkan persoalan dagangnya dengan para saudagar Cina dipemilik toko di desa. Lingkungan sosialnya cenderung kecil dan mereka tidak merasa perlumemperluas jaringan sosialnya.

c.        Penyebaran Islam di daerah Patani
Pada  dasarnya  yang  menyebabkan  tetap  kuatnya  kesetiaan  rakyat  dan  rasaketerikatan kultural mereka dengan Patani adalah peran historisnya sebagai pusat Islam diAsia Tenggara. Bahkan kerabat-kerabat raja dan kaum bangsawan tetap merupakansymbol kemerdekaan Patani selama banyak dasawarsa, setelah negeri itu secara formaldimasukkan ke dalam kerajaan Muangthai dalam tahun 1901.
Pada tahun 1613 Patani masuk Islam sebelum Malaka, secara tradisional dikena sebagai “Darussalam” (tempat damai) pertama  di  kawasan  itu.  Sejalan  dengan  tradisi  antara  agama  dan  sistem pemerintahan di Asia Tenggara. kalangan pemegang kekuasaan untuk menerima“idiologi yang memberi legitimasi” sebelum rakyat sendiri memeluknya. Maka Islam dianutoleh keluarga para raja.
Penyebaran Islam di Muangthai melalui perdagangan, di sana Islam tidak berhasilmendesak pengaruh Budha secara kultural maupun politik. Karena Islam pada saat itumasih sedikit. Kaum muslimin yang menjadi mayoritas menghadapi masalah, namun taklama kemudian Muslim minoritas bisa berperan penting dalam kehidupan nasionalmereka. Karena kemajuan yang telah dicapai di bidang pendidikan. Dan pendidikan inilahfaktor terpenting bagi kemajuan kaum muslimin, contohnya berhasilnya Surin Pitsuandengan nama Muslim Abdul Halim bin Ismail, beliau mendapat gelar kesarjanaan tertinggidi bidang ilmu politik, beliau juga seorang intelektual Muslim berhaluan modernis danmoderat. Surin Pitsuan berfikir bahwa selama ini sistem negara Muangthai berdasarkanbudhisme  terbukti  dalam  keanggotaannya  dalam  parlemen.  Kaum  muslimin  yangmerupakan minoritas memang merasa tertekan dan tertindas. Dengan bukti terjadinyaberbagai pemberontakan bersenjata yang selalu timbul sejak awal abad ini.Setelah datangnya Islam konsep negara atau agama menjadi dikotomi melayu Islamyang menyatakan hubungan mistik yang sama di Patani seperti juga di negeri-negeri Islamlainnya di kawasan itu. Pada saat orang beralih ke agama Islam, dan membina hubungandengan Dunia Melayu. Dengan Islam sebagai faktor pemersatunya. Masa kejayaan daerahPatani pada abad ke-17.

d.       Perkembangan Keagamaan dan Peradaban di Muangthai
Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai  menganut  agama  Budha  dan  Hindu.  Orang  Melayu  Muslim  merupakan golongan  minoritas  terbesar  ke-dua  di  Muangthai,  sesudah  golongan  Cina.  Mereka tergolong  Muslim Sunni dari madzab Syafi’I  yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di Muangthai.
Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan keterasingandikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai. Sejak bangsa Muangthai untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang taklukkepada kekuasaannya.  Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerusmemberontak terhadap kekuasaan Muangthai. Keinginan mereka adalah untuk menjadibagian  dari Dunia  budaya Melayu Muslim  dengan  pemerintahan  otonom.  Akhirnyakeinginan yang tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomidan budaya mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecilyang mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri Muangthai.Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang pedesaan.
Perkembangan  Islam  di  Muangthai  telah  banyak  membawa  peradaban-peradaban,misalnya :
1)       Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.
2)       Golongan  Tradisional  dan  golongan  ortodoks  telah  menerbitkan  majalah  Islam“Rabittah”.
3)       Golongam modernis berhasil menerbitkan  jurnal “Al Jihad”.

3.        Islam di Philipina
Philipina adalah negara kepulauan dengan 7.107 pulau, dengan jumlah penduduksekitar 47 juta jiwa, dengan menggunakan 87 dialek bahasa yang berbeda-beda yangmencerminkan banyaknya suku dan komunitas etnis. Orang-orang Islam di Philipinamenamakan dirinya “Moro”. Namun nama ini sebenarnya bersifat politis, karena dalamkenyataannya Moro terdiri dari banyak kelompok etno linguistik, umpamanya Maranow,Maquindanau, Tausuq, Somal, Yakan, Ira Nun, Jamampun, Badjao, Kalibugan, Kalagandan Sangil.Jumlah masyarakat Moro sekitar 4,5 juta jiwa atau 9 % dari seluruh pendudukPhilipina.
Bila direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi menjadi 2 fase,yaitu:
pertama , berjihad melawan penguasa Spanyol  selama 377 tahun (1521-1898).
Kedua, Moro melawan pemerintah Philipina (1970-sekarang).Kedatangan orang-orang Spanyol di Philipina atau menundukkan secara halusdengan hadiah-hadiah orarng-orang Spanyol dapat memperluas kedaulatannya ke seluruhperkampungan Philipina. Akan tetapi Spanyol mendapatkan perlawanan sengit ketikamenghadapi kesultanan Islam di wilayah selatan, yakni Sulu, Maquindanau dan Buayan.Rentetan peperangan yang panjang antara Spanyol dan Islam hasilnya tidak nampak, yangnampak adalah bertambahnya ketegangan antara orang kristen dan orang Islam Philipina.Amerika menguasai Philipina setelah mengalahkan Spanyol. Hubungan dengan masyarakatMuslim Philipina lebih baik. Ini merupakan efek dari kebijakan resmi Amerika untukmembiarkan  kehidupan  keagamaan  orang  Islam  dan  kebiasaan  ritualnya.             Namundemikian, Islam dibenci dan dicurigai. Untuk itu, kontak-kontak dengan saudaranya yangterdekat di pulau Kalimantan dan pulau-pulau lainnya di Indonesia dibatasi. Ketikasebagian besar rakyat Philipina memilih dibawah protektorat Amerika, masyarakat MuslimPhilipina (dipelopori seratus tokoh agama dari Manarao) pada bulan Maret 1935 menulissurat kepada Presiden Roosevelf yang intinya persetujuannya terhadap pemerintahanprotektorat  khusus untuk  masyarakat Muslim yang terpisah dengan  Philipina, tapipermintaan ini dikabulkan Amerika.
Ketika Manuel Quezon (presiden Persemakmuran) menyatakan bahwa undang-undang nasional akan ditetapkan secara sama terhadap orang-orang Islam dan Kristen,mendapat reaksi keras dari kelompok Islam, karena secara mencolok mengabaikan sistem-sistem sosial dan hukum tradisional Islam, undang-undang nasional itu lebih banyak mengambil  dari  etika  Kristen  dan  sejarah  sosial  Barat.  Sebagian  pemimpin  Islamber keyakinan bahwa peraturan pemerintah yang baru itu merupakan rencana jahat yang disengaja untuk mematikan Islam di Philipina (Majul, 1989:8-20). Setelah kemerdekaannyaPhilipina tanggal 4 Juli 1946, Masyarakat Moro tetap melanjutkan perjuangannyabagikemerdekaan Moro.
Pemerintahan Philipina yang baru tetap melanjutkan kebijakan masakolonial yakni melakukan tindakan-tindakan reprersif kepada gerakan separatis Moro. Pemindahan masyarakat katolik Philipina ke wilayah Mindanao –yang mayoritas beragamaIslam- terus dilakukan. Menjelang tahun 1960, tingginya para pemukim baru yang berasaldari Philipina Utara dan Tengah membuat Moro menjadi Minoritas di wilayah tinggalnya sendiri.
Pemerintahan  Philipina,  seperti  halnya  pemerintah  kolonial  Amerika,ugamengeluarkan sejumlah uindang-undang yang mensyahkan pengambilan tanah yang secara  turun-temurun  dimiliki  penduduk  Muslim  Moro  guna  pembangunan  proyek perkebunan dan pemukiman.
Kondisi perekonomian yang semakin menurun dikalanganpenduduk Muslim Moro ditambah lagi derngan kasus pembunuhan di Jabaidah telahmemicu lahirnya gerakan Mindanao Merdeka MIM (Mindanai Independence Movement) ditahun 1968, tapi gerakan ini dapat diatasi oleh pemerintah Philipina dengan menberi posisiyang strategis kepada tokoh-tokoh MIM. Hal ini menimbulkan kekecewaan pada kader-kader  muda dibawah  pimpinan  Nur  Misuari.
Kader  muda  itu  membentuk  FrontPembebasan Nasional Moro (MNLF- Moro National Liberation Front), sebuah organisasiyang dikenal sangan militan.Tujuan dari organisasi ini adalah memperjuangkan kemerdekaan penuh dari tanahMoro. MNLF ini mandapat simpati dari negara-negara Islam dibawah sehingga memaksapresiden Marcos menyetujui perjanjian Tripoli pada tanggal 23 Desember 1976.
Perjanjian ini memberikan peluang pembentukan wilayah Mindanao sebagai suatu wilayah otonomyang meliputi 3 propinsi dan 9 kota. Marcos bersikeras bahwa untuk menentukan daerahotonomi itu perlu diadakan referendum. Hal ini ditolak MNLF, akibatnya berlanjut lagidiakhir tahun 1977, yang pada akhirnya membuat pemimpin MNLF, Nur Misrua melarikandiri ke Timur Tengah. Gagalnya perjanjian Tripoli ini memunculkan organisasi sempalanyang tidak puas terhadap sepak terjang Nur Misuari , Bibawa Nashim Salamat, berdirilahFront Pembebasan Islam Moro (Moro Islam Liberation Front-MILF). Ketika menjadi presidendi  tahun  1986,  Aquino  mengeluarkan  undang-undang  baru  yang  mendeklarasikanberdirinya wilayah otonom bagi Muslim Mindanao tapi MNLF pecah untuk bersatu danmemperbaharui perjuangan bersenjata demi berdririnya Republik Bangsa Moro yangberdaulat. Pengangkatan  Fidel Ramos sebagai Presiden Philipina di tahun 1992, memberiharapan baru bagi Nur Misuari. Presiden mermbuka negoisasi dengan MNLF tahun 1996.Persetujuan yang ditandatangani dengan MNLF menyatakan bahwa MNLF menjadi badanpengawas atas semua proyek pembangunan ekonomi diseluruh propinsi Mindanao untuk 3tahun dan Nur Misuari sebagai Gubernur di wilayah itu. Ternyata perjanjian itu terbuktiberhasil mengurangi perlawanan bersenjata di Mindanao.  Pemecahan yang paling jitu atasproblem bangsa Moro adalah kemerdekaan penuh lepas dari Philipina dan berdirinyanergara Islam Moro (Budiwanti, 2000:137-142).
Menurut  Majul,  ada 3  alasan  yang  menjadi  penyebab  sulitnya  bangsa  Moro berintegrasi secara penuh kepada pemerintah Republik Philipina.
Pertama Bangsa Morosulit menghargai undang-undang nasional, khususnya yang mengenai hubungan pribadidan keluarga, karena jelas undang-undang itu berasal dari Barat dan Katolik.
Kedua, sistem sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama, bagi setiap anak Philipina disemua daerah tanpa membedakan perbedaan agama dan kultur, membuat bangsa Moromalas untuk belajar di sekolah.
Ketiga Bangsa Moro masih trauma dan kebencian yangmendalam terhadap program pemindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintahPhilipina ke wilayah mereka di Mindanao, karena program ini telah merubah posisi merekadari mayoritas menjadi minoritas hampir di segala bidang kehidupan.

4.        Islam di Nusantara
Sejumlah ahli mengajukan teori bahwa sumber Islam di kepulauan Melayu-Indonesia adalah anak benua India selain Arab dan Persia. Orang pertama yang menggunakan teori ini adalah Pijnappel yang berkebangsaan Belanda dari universitas Leiden. Dia mengaitkan asal-usul Islam di Nusantara ke kawasan Gujarat dan Malabar dengan alasan bahwa orang-orang Arab bermadzhab Syaf’I bermigrasi dan menetap di daerah-daerah tersebutyang kemudian membawa Islam ke Nusantara.Teori ini kemudian direvisi oleh Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa Islammemperoleh pijakan yang kuat di kota-kota pelabuhan India Selatan. Sejumlah Muslim Dhaka banyak yang hidup disana sebagai perantara dalam perdagangan antara Timur Tengah dan Nusantara yang datang di kepulauan Melayu sebagai para penyebar Islam pertama.
Berikutnya Snouck Hurgronje berteori bahwa mereka diikuti oleh orang-orangArab, terutama yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Dengan memakai gelar Sayyid atau Syarif, yang menjalankan dakwah Islam, baik sebagai para ustadzmaupun sultan. Snouck Hurgronje tidak menyebutkan secara eksplisit bagian mana dariIndia Selatan yang dia lihat sebagai sumber Islam di Nusantara. Meskipun demikian, diaberpendapat bahwa abad ke-12 merupakan waktu yang paling mungkin bagi saat paling awal Islamisasi di kepulauan Melayu-Indonesia.             Ilmuwan  Belanda  lainnya,  Muquette,  menyimpulkan  bahwa  asal-usul  Islam  di Nusantara adalah Gujarat di pesisir selatan India. Dia mendasrkan kesimpulannya setelahmempertimbangkan gaya batu nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, khususnyayang bertanggal 17 Dzuhijjah 831 H / 27 September 1428 M, yang identik dengan batunisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik, Jawa timur. Dia menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat.
Dia berspekulasi bahwa dari penemuan-penemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya di produksi untuk pasar lokal, tetapi juga untuk pasar luar negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh karena itu, berdasarkan logika linier, Moquette menyimpulkan bahwa karena mengambil batu nisan dari Gujarat, orang-orang Melayu-Indonesia juga mengambil Islam dari wilayah tersebut.Dengan logika linier yang lemah itu tidak heran kalau kesimpulan Muquette ditentangoleh Fatimi yang berpendapat bahwa salah jika mengaitkan seluruh batu nisan yang ada diPasai, termasuk batu nisan Malik al-Shalih, dengan Cambay. Menurut penelitiannya sendiri, gaya batu nisan Malik al-Shalih sangat berbeda dengan corak batu nisan Gujaratdan prototype Indonesianya.
Fatimi berpendapat bahwa pada kenyataannya bentuk batunisan itu sama dengan yang ada di Bengal. Oleh karena itu, sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa semua batu nisan itu pasti diimpor dari Bengl. Ini menjadi alasan utamanya untuk  menyimpulkan lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah daerah Bengal (kini, Bangladesh). Agaknya teori Fatimi sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada sejumlah pakar lain yang telah mengambil alih kesimpulan Moquette. Yang menonjol diantara mereka adalah Kern, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian diantara mereka memberikan tambahan argumentasi  untuk  mendukung Moquette. Ahli sastra Melayu, William Winstedt, misalnya menunjukkan batu nisan yangsama di Bruas, tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung Malaya.



Sebagaimana telah diuraikan diatas pada penbahasan penyebaran islam di Asia Tenggara yang tidak terlepas dari peran kaum pedagang muslim. Hingga kontrol ekonomi pun dimonopoli oleh mereka. Disamping itu pengaruh ajaran islam sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di Asia Tenggara.
Islam mentransformasikan budaya masyarakat yang tekah diislamkan di kawasan ini secara bertahap Islam yang etos dan lahir darinya muncul sebagai dasar kebudayaan. Namun dari masyarakat yang telah di islam-kan dengan sedikit muatan lokal. Islamisasi di kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di bidang pendidikan, pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan. Tradisi pendidikan islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Pertumbuhan masyarakat muslim dari berbagai aspekpun perlahan mengalami perkembangan dan sampai sekarang telah melahirkan kebudayaan muslim baru yang besar dan kokoh seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dan lain-lain.





[1].  M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. ( Cet. Ke-4 Bagaskara Yogyakarta, 2012) hal. 19
[2] Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam,(Cet. I. Jurusan SPI Fak, Adab Iain Sunan  kalijaga Yogyakarta LESFI, 2003)
[3]. Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Pustaka Hidayah), 2001
[4] Taufik Abdillah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta : MUI)hlm 39
[5] Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam,( Lkis, 2003) hlm. 374
[6] Fatah syukur NC, Sejarah Peradaban Islam , (Semarang:PT. Pustaka Riski Putra. 2010) hlm. 183-184
[7] Samsul Munir Amin, Sejarah peradaban Islam (jakarta : Amzah) 2010 h 332
[8] Badri yatim. Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.2001) hlm. 210


Related Posts: