SEJARAH PERADABAN
ISLAM DI ASIA TENGGARA
Sejarah merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat,
bangsa, negara, maupun individu. Keberadaan sejarah merupakan bagian dari
proses dari kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu tanpa mengetahui sejarah,
maka proses kehidupan tidak akan dapat diketahui. Melalui sejarah pula manusia
dapat mengambil banyak pelajaran dari proses kehidupan suatu umat, bangsa,
negara dan sebagainya.
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah ialah menunju kepada
peristiwa-peristiwa istimewa atau penting pada waktu atau ras tertentu. Agak
berbeda dengan defenisi al Magrizi, bahwa sejarah ialah memberikan informasi
tentang sesuatu yang pernah terjadi di dunia. Meskipun dalam teori mereka
terdapat perbedaan dalam penekanannya, namun mereka sepakat bahwa sejarah
adalah peristiwa masa lalu yang tidak hanya sekedar memberi informasi tentang
terjadinya peristiwa, tetapi juga memberi interpretasi atas peristiwa yang
terjadi dengan melihat hukum kausalitas.[1]
Masuknya Islam di Asia Tenggara merupakan suatu proses yang bisa
dikatakan panjang, dan merupakan suatu bukti bahwa islam demikian kuat
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dikawasan ini. Asia Tenggara adalah
sebutan untuk wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah
Indo-Cina dan kepualauan yang banyak serta terilingkupi dalam Negara Indonesia
dan Philipina. Meliht sejarah masa lalu, terliaht bahwa Islam bukanlah agama
pertama yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang
waktu itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama.
Taufiq Abdullah menulis dalam bukunya renaisans islam di asia
tenggara, bahwa kawasan asia tenggara terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan atas
pengaruh yagn diterima wilayah tersebut. Pertama, adalah wilayah
indianized southeast asia, asia tenggara yagn dipengaruhi India yang dalam hal
ini hindu dan budha Kedua, sinized south east asia, wilayah yang
mendapatkan pengaruh china, adalah Vietnam. Ketiga, yaitu wilayah
asia tenggara yag dispanyolkan, atau hispainized south east asia, yaitu
philipina.
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan
kaum pedagang dan para sufi. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai,
terbuka dan tanpa paksaan sehingga Islam mudah dipahami masyarakat. Adapun
proses islamisasi ke Asia Tenggara yang berkembang ada beberapa hal yaitu
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik. Namun kami
hanya membahas sebagian dari keseluruhan sejarah peradaban islam di Asia
Tenggara karena cakupannya terlalu luas dan meliputi banyak Negara.
Oleh karena itu, dalam penulisan ini penulis mencoba untuk
menjelaskan pembahasan tentang masuk/ proses Islamisasi si Asia Tenggara,
pertumbuhan lembaga social dan politik serta perkembangan keagamaan dan peradaban
di Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut
diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara
penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya,
Islam menjadi agama resmi Negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam,
negara Indonesia (penduduknya mayoritasatau sekitar 90% beragama Islam), Burma
(sebagian kecil penduduknya beragama Islam),Republik Filipina, Kerajaan
Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura[2]. Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di
seluruh Asia Tenggara yang mengaku sebagai Muslim.
Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan satu-satunya
wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat
Daya hingga Asia Selatan, yang mempunyai penduduk
Muslim terbesar.Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah
yang paling banyak pemeluk agama lslamnya.Termasuk
wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai
lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.
A. Penyebaran
Islam di Asia Tenggara dan Indonesia
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat
Malaka sudahmempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran
dan perdaganganinternasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia
Timur Jauh, Asia Tenggaradan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan
internasional yang terbentangjauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat
Malaka itu kelihatan sejalan puladengan muncul dan berkembangnya kekuasaan
besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang(618-907), kerajaan Sriwijaya (abad
ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan
ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arabsudah turut serta dalam kegiatan pelayaran
dan perdagangan sampai ke negeri China.
Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari
Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang
pertama , bertempat di Canton (Guangzhou),yang kedua menetap dikota
Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim
pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat
NabiMuhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid
di Canto,yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena
itu, sampai sekarangkaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam
di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad
SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim
berdatangan ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara
khusus melakukan penyebaran Islam.
Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di
daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China Selatan. Namun
ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara.
Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai
kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para pedagang dan mubaligh Arab dan
Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka.
Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari
I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di
sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju
arah selatan ke Bhoga (di duga daerah Palembang di SumateraSelatan). Selain
pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yangterdapat
laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan
Ho-Ling (kalingga) di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).Dari sumber tersebut,
ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih.
Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia
dan yang dimaksud dengan Ta-Shihadalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia
dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tempat orang
Ta-Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera atau
di Palembang. Namun ada pula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah
Terengganu. Terlepas dari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada
di bagian Barat Asia Tenggara. Juga ada pemberitaan China (sekitar tahun
758) dari Hikayat Dinasti Tang yang melaporkan peristiwa pemberontakan yang
dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Se. Mereka merusak dan membakar kota Canton
(Guangzhoo) untuk membantu kaum petani melawan pemerintahan Kaisar Hitsung
(878-899). Setelah melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orang
Ta-Shih dan Po-Se menyingkir dengan kapal. Mereka ke Kedah dan Palembang untuk
meminta perlindungan dari kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan berita initerlihat
bahwa orang Arab dan Persia yang sudah merupakan komunitas Muslim itu mampu
melakukan kegiatan politik dan perlawanan terhadap penguasa China.
Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya
Islam ke Indonesia
1.
Menurut
Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M (684M).
Pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah
mempunyai pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masuk pertama kali
keIndonesia di Sumatera Utara.
2.
Menurut Dr. Hamka, Agama
Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M.
Berdasarkan catatan Tiongkok , saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta
Cheh(kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho
Ling(Kaling/Kalingga)untuk membuktikan keadilan, kemakmuran dan keamanan
pemerintah Ratu Shima diJawa.[3]
3.
Menurut
Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 Mkarena di
Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa-Miim yangberarti
tahun 670 M.
Seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20
Maret 1963,mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad I
H/abad 7 Mlangsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi ialah pesisir
Sumatera.
Sedangkan perkembangan Agama Islam
di Indonesia sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di bagi menjadi tiga
fase, antara lain :
1.
Singgahnya pedagang-pedagang Islam
di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama
Cina.
2.
Adanya komunitas komunitas
Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia
1.
Sumbernya di samping berita-berita
asing juga makam-makam Islam;
2.
Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.[4]
B. Proses Masuknya
Islam di Asia Tenggara
Secara umum dikatakan bahwa islam di
Asia Tenggara mempunyai karakteristik yang berbeda dengan islam dikawasan yang
lain terutama timur tengah yaitu damai, ramah dan toleran. Penyebaran islam di
kawasan ini bukan melalui ekspansi pembebasan yang hampir selalu melibatkan
kekuatan perang. Konsekuensinya, islam yang ada adalah islam yang lunak atau
akomodatif, tentunya termasuk dalam kepercayaan, praktek keagamaan, dan tradisi
setempat yang akhirnya terbawa sampai pada penerimaan masalah ideologi negara[5].
Islam masuk ke Asia Tenggara
disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda
dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan
Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai,terbuka dan
tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat AsiaTenggara.
Mengenai kedatangan Islam di
negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh
interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India,
Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abadke-5 sebelum
Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para
pedagangyang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan
masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para
pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar
pesisir.
Menurut Uka Tjandra Sasmita[6], prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang
berkembang ada enam, yaitu:
1.
Saluran Perdagangan
Pada taraf
permulaan, proses masuknya Islam adalah
melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7
hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut
ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan
Timur Benua Asia.
Saluran
Islamisasi melauiperdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan
bangsawan turut sertadalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik
kapal dan saham. Merekaberhasil mendirikan masjid dan mendatangkan
mullah-mullah dari luar sehingga jumlahmereka menjadi banyak, dan karenanya
anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dankaya-kaya. Di beberapa tempat
penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan
di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor
politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena faktor hubungan
ekonomi drengan pedagang-pedagang Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka
kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.
Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, Dari sudut
pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih Baik.
Kebanyakan pribumi. sehingga penduduk pribumi
terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri
saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin merekadiislamkan terlebih dahulu.
Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan merekamakin luas, akhirnya
timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan
berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunanbangsawan; tentu
saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan inijauh lebih
menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atauanak
raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian
turutmempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden
Rahmat atausunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri
Kawunganten,Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah
(Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3.
Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf
atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampurdengana
jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalamsoal
magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga
adayang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk”
Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam
pikiran mererkayang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu
mudah dimengerti danditerima.
Diantara ahli-ahli tasawuf yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaandengan alam pikiran Indonesia
pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh LemahAbang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan diabad ke-19 M
bahkan di abad ke-20 M ini.
4.
Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui
pendidikan, baik pesantren maupun pondok yangdiselenggarakan oleh guru-guru
agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu,calon ulama, guru
agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar adaripesantren, mereka
pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentumengajarkan
Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel
DentaSurabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantren ini banyak yang
diundang ke Malukuuntuk mengajarkan Agama Islam.
5.
Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian
yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah
tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.Dia tidak pernah
meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untukmengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetikdari
cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran
nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat
Islamisasi, sepertisastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan
seni ukir.
6.
Saluran Politik
Awalnya pemerintah kolonial
memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Sedangkan dalam bidang
politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari
Al-qur’an maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau
ketatanegaraan.
Di Maluku dan Sulawesi selatan,
kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanyamemeluk Islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islamdi daerah ini. Di
samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia BagianTimur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaannon Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaanbukan
Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana
proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan dapat
membantu memperjelas tentang penerimaanIslam yang sebenarnya:
1.
Menekankan peran kaum pedagang yang
telah melembagakan diri mereka di beberapawilayah pesisir lndonesia, dan
wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudianmelakukan asimilasi dengan jalan
menikah dengan beberapa keluarga penguasa lokalyang telah menyumbangkan peran
diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadapperusahaan perdagangan para
penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memelukagama lslam adalah dari penguasa
lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintasMuslim dan menjadi persekutuan
dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagangHindu dari Jawa. Beberapa tokoh di
wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi keagama lslam untuk melegitimasi
perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit danuntuk melepaskan diri dari
pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
2.
Menekankan peran kaum misionari dari
Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan parasufi bukan hanya sebagai guru tetapi
sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana
para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki
perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampumengkomunikasikan
visi agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai
dengankeyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan
demikiandimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas
dengankultur daerah setempat.
3.
Lebih menekankan makna lslam bagi
masyarakat umum dari pada bagi kalangan elitepemerintah. Islam telah menyumbang
sebuah landasan ldeologis bagi kebajikanlndividual, bagi solidaritas kaum tani
dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasikelompok parochial yang lebih kecil
menjadi masyarakat yang lebih besar. Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi
semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisiyang berbeda antara satu daerah dengan
yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atausumber tunggal bagi penyebaran
lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaumsufi pengembara,
pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya
merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.
C. Masa Raja-Raja
lslam di Asia Tenggara
Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan
Islam di Samudera pasai pada tahun 1292 M di bawah seorang raja al-Malikus
Saleh[7]. Kerajaan Islam Samudera Pasai ada pengaruh dari
kekerajaan Mamalik di Mesir atau setidak-tidaknya ada hubungan erat antara
keduanya. Persamaan nama dan gelar yang dipakai tidak jauh berbeda dengan gelar
yang dipakai di Masir. Gelar al-Malikus Saleh
dan al-Malikusz Zahir, raja pertama dan kedua Pasai, sama dengan gelar yang
dipakai oleh raja mamalik Mesir. Kerajaan Pasai mengalami perkembangan pesat di
masa pemerintahan al-MalikuzZahir II tahun 1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir
mendalami ilmu agama. Ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan
agama. Ibnu Batutah, sorang ahli Bumi Muslim, pernah melawat ke Pasai tahun 764
H/1345 M memberi kesan bahwa Pasai saatitu sudah maju, baik dibidang agama
maupun tatanan sosial.
Pasai sebagai pusat kegiatanilmu agama yang bermazhab Safi’i dan
merupakan kota bandar besar untuk singgah kapal-kapal negara lain.Di Jawa,
agama Islam mengalami perkembangan pesat di masa kemundurankerajaan Majapahit.
Penyebarannya dilakukan oleh para wali yang tergabung dalamanggota wali
sembilan, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, S. Bonang, S. Giri,
S.Drajat, S. Kalijaga, S. Kudus, S. Muria dan S. Gunung Jati. Wali sembilan
berdakwahkepada rakyat sesuai dengan bakat dan keahlian yang mereka
miliki.Selain kerajaan Islam samudera Pasai, di Sumatera juga berdiri kerajaan
Islam Aceh.Ketika kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Mahmud syah dipukul
Portugis, Raja Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah berhasil
menyatukan seluruh daerah Aceh tahun 1507.
Di Jawa berdiri kerajaan-kerajaan Islam, Perkembangan islam di
jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja majapahit. hal ini
memberi peluang kepada penguasa-penguasa islam di pesisir untuk membangun
pusat-pusat kekuasaan yang independen yakni kerajaan Demak (kurang lebih
1500-1550)[8], Kerajaan Islam Banten, Kerajaan
Pajang (1546-1580) dan Kerajaan Cirebon. DiKalimantan, tumbuh pula kerajaan
Islam, seperti kerajaan Islam Banjar, Kerajaan IslamSukadana, Kerajaan Islam
Brunai. Sedangkan Kerajaan Islam di Sulawesi adalah KerajaanIslam Bugis (Bone),
Kerajaan Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan Islam di Maluku dan Nusa Tenggara adalah
Kerajaan Ternate, Tidore dan Kerajaan Islam Nusa Tenggara.
D. Negara-Negara Islam di Asia Tenggara
1.
Islam di Malaysia
a.
Perkembangan Keagamaan dan Peradaban
di Malaysia
Islam merupakan agama resmi negara
federasi Malaysia. Hampir 50% dari 13 jutapenduduknya adalah Muslim dan
sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yangtinggal di Semenanjung
Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnikyang minoritas
yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysiadan yang
lainnya India dan Arab (Esposito, 1990:55).
Keragaman masyarakat yang demikian
besar membawa dampak ketegangan dankonflik-konflik yang cenderung untuk
menambah identitas orang-orang melayu, terutamaorang Cina yang lebih meningkat
pendidikan dan perokonomiannya dari pada orangmuslimin yang lebih
pedesaan.Masyarakat Muslim di Malaysia sebagian besar berlatarbelakang pedesaan
danmayoritas mereka bekerja sebagai petani. Mereka cenderung dalam kehidupan
komunitasmasyarakat kampung. Warga perkampungan
Malaysia menjalankan praktek-praktek keagamaan, meyakini terhadap
roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali yang dikeramatkan baik di
kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat
hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sanatentram dan damai.
Perkembangan Islam di Malaysia telah
membawa peradaban-peradaban baru yangdiakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim
Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taatibadahnya, kuat memegang hukum Islam
dan juga kehidupan beragamanya yang damaiserta mencerminkan keIslaman
agamanya baik di perkampungan maupun dalampemerintahan. Peranan seorang
ulama di sana sangat penting baik dalam segi dakwah dandalam pengelolaan
sekolah-sekolah.
Mengenai hasil peradaban Islam di
Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara Islam yang lain, seperti:
1.
Adanya bangunan-bangunan masjid yang
megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.
2.
Banyaknya bangunan-bangunan
sekolah Islam.
3.
Berlakunya hukum Islam pada
pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana mendapat kedudukan khusus karena
dijadikan hukum negara).
b.
Pemerintahan di Malaysia
Pada zaman tradisional Islam di
negara-negara perairan Malaya mempunyai hubungan yang erat
antara kehidupan kampung dan organisasi kenegaraan. Pemerintahan dibagi menjadi
dua ruang lingkup yakni:
1) Dalam Kehidupan Kampung terdapat dua jabatan yang seimbang.
Kepala kampung atau penghulu diangkat olehpejabat yang lebih tinggi untuk
menjaga ketertiban lokal, menengahi persengketaan,mengumpulkan pajak,
mengorganisir kaum buruh dan bertindak sebagai penyembuhdalam bidang spiritual.
Adapun jabatan yang lain yakni Imam masjid yang lokal danmengajar di sekolah
lokal. Islam memberikan peranan yang penting terhadap sejumlah ritual dan
perayaan yang menjadi simbul solidaritas komunitas perkampungan, dan perayaan
beberapa peristiwabesar dalam siklus kehidupan individual seperti perayaan
kelahiran, perkawinan, danperingatan kematian.
2) Dalam kehidupan negaraIslam juga diperlukan bagi negara
Malaysia. Para Sultan pada beberapa negara Malaya merupakan kepala sebuah
kelompok keturunan Aristokratik yang membuat elitpolitik negeri dan merupakan
raja-raja kampung. Seorang penguasa juga disebut sebagaiSultan, Raja dan Yang
Dipertuan. Gelar-gelar tersebut merupakan gelar Muslim dan Hinduyang diyakini
sejak masa Islam.Pada periode tradisional Sultan merupakan
pejabat agama dan politik yang tertinggidan melambangkan corak Muslim
masyarakat melayu. Sultan sebagai kepala agamamempunyai wewenang penuh bagi
umat Islam di Malaysia. Di samping itu kehidupanberagama di sana terasa sangat
formal jika dibandingkan dengan Indonesia sepertikhutbah Jum’at yang harus
berisikan doa bagi Sultan dan seluruh keluarganya.
Bahkanpernah terjadi
pada waktu “Idul Fitri” di Masjid
Kuala Lumpur, takbir yang dikumandangkan bersama-sama
diberhentikan demi menyambut kedatangan yang Maha Mulia Sultan. Setelah Sri
Baginda duduk, barulah bacaan takbir dikumandangkan kembali(Anwar, 1968:XII).
Jadi kedudukan seorang Sultan di Malaysia pada zaman dahulu sanga tmulia. Namun
kenyataan di atas berubah drastis setelah Malaysia didominasi oleh Inggris.
Sistem yang berlaku pada era tradisional ini berubah total. Mereka membebaskan
paraSultan Melayu dari otoritas efektif dalam segala urusan kecuali bidang yang
berkenaan dengan agama dan adat. Oleh karena itu para Sultan berusaha
memperkuat pengaruhmereka pada bidang tersebut sebagai satu-satunya ekspresi
dan berusaha memusatkanorganisasi keagamaan Islam dan memperluas kontrol
kesultanan terhadap kehidupankeagamaan.
2.
Islam di Muangthai
a.
Latar Belakang Muangthai
Di Muangthai terdapat sekitar 2,2
juta kaum muslimin atau 4 % dari pendudukumumnya. Muangthai dibagi menjadi 4
propinsi, yang paling banyak menganut Islam yaitudi propinsi bagian selatan
tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan Yala. Pekerjaankaum muslimin
Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan adalah petani,pedagang
kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthai
merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17
pernahmenjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan
menghasilkan ulamabesar seperti Daud bin Abdillah bin Idris al-Fatani.Di Semenanjung Malaya, Islam mula-mula
meyakinkan penguasa setempat di kotaMalaka yang tadinya berada di bawah
kekuasaan raja Siam yang beragama Budha. Sekianabad sebelumnya telah datang
agama Hindu dan Budha, beliau membangun sebuahperadaban dengan bukti
meninggalkan berkas-berkasnya pada rakyat. Menurut Geertzketika Islam tiba
pengaruhnya hanya terbatas pada masyarakat ras melayu, sebelum Islamdapat
meluas lebih dalam di daratan Asia dibendung oleh kolonialisme yang
sebagaikekuatan baru menyebar luas di seluruh kawasan.
b.
Masyarakat
Masyarakat Melayu sangat terisolasi
dari masyarakat Muangthai pada umumnyadankarakteristik sosial
budayanya cenderung untuk mengisolasikan. Istilah
masyarakatMuslim hampir sinonim dengan masyarakat pedesaan.
Daerah-daerah perkotaan
secaradominan merupakan daerah Muangthai Budhis, yang berhubungan dengan
birokrasinegara dan para pedagang serta pemilik tokoh Cina. Hanya ada dua
alasan bagi orangMuslim pedesaan Melayu untuk berhubungan dengan orang Muslim
bukan melayu didaerah perkotaan. Oleh karena itu, usaha-usaha kecil di desa
dimiliki oleh orang-orangMuslim Melayu sendiri.
Dan untuk berhubungan atau berurusan
dengan pemerintahanharus memakai cara penghubung
atau perantara, maka kesempatan diadakannyahubungan
antar pribadi antara mayoritas Melayu Muslim dan non Muslim di daerah itusangat
terbatas. Para pejabat pemerintah tidak mempunyai banyak kesempatan untukmengetahui
dari sifat sebenarnya terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh pendudukdesa.
Penduduk desa menyerahkan persoalan dagangnya dengan para saudagar Cina
dipemilik toko di desa. Lingkungan sosialnya cenderung kecil dan mereka tidak
merasa perlumemperluas jaringan sosialnya.
c.
Penyebaran Islam di daerah Patani
Pada dasarnya yang
menyebabkan tetap kuatnya kesetiaan rakyat
dan rasaketerikatan kultural mereka dengan Patani adalah peran
historisnya sebagai pusat Islam diAsia Tenggara. Bahkan kerabat-kerabat raja
dan kaum bangsawan tetap merupakansymbol kemerdekaan Patani selama banyak
dasawarsa, setelah negeri itu secara formaldimasukkan ke dalam kerajaan
Muangthai dalam tahun 1901.
Pada tahun 1613 Patani masuk Islam
sebelum Malaka, secara tradisional dikena sebagai “Darussalam” (tempat damai)
pertama di kawasan itu. Sejalan dengan
tradisi antara agama dan sistem pemerintahan di Asia
Tenggara. kalangan pemegang kekuasaan untuk menerima“idiologi yang memberi
legitimasi” sebelum rakyat sendiri memeluknya. Maka Islam dianutoleh keluarga
para raja.
Penyebaran Islam di Muangthai
melalui perdagangan, di sana Islam tidak berhasilmendesak pengaruh Budha secara
kultural maupun politik. Karena Islam pada saat itumasih sedikit. Kaum muslimin
yang menjadi mayoritas menghadapi masalah, namun taklama kemudian Muslim
minoritas bisa berperan penting dalam kehidupan nasionalmereka. Karena kemajuan
yang telah dicapai di bidang pendidikan. Dan pendidikan inilahfaktor terpenting
bagi kemajuan kaum muslimin, contohnya berhasilnya Surin Pitsuandengan nama
Muslim Abdul Halim bin Ismail, beliau mendapat gelar kesarjanaan tertinggidi
bidang ilmu politik, beliau juga seorang intelektual Muslim berhaluan modernis
danmoderat. Surin Pitsuan berfikir bahwa selama ini sistem negara Muangthai
berdasarkanbudhisme terbukti dalam keanggotaannya
dalam parlemen. Kaum muslimin yangmerupakan minoritas
memang merasa tertekan dan tertindas. Dengan bukti terjadinyaberbagai
pemberontakan bersenjata yang selalu timbul sejak awal abad ini.Setelah
datangnya Islam konsep negara atau agama menjadi dikotomi melayu Islamyang
menyatakan hubungan mistik yang sama di Patani seperti juga di negeri-negeri
Islamlainnya di kawasan itu. Pada saat orang beralih ke agama Islam, dan
membina hubungandengan Dunia Melayu. Dengan Islam sebagai faktor pemersatunya.
Masa kejayaan daerahPatani pada abad ke-17.
d.
Perkembangan Keagamaan dan Peradaban
di Muangthai
Islam di Muangthai adalah agama
minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai menganut
agama Budha dan Hindu. Orang Melayu
Muslim merupakan golongan minoritas terbesar
ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina.
Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab Syafi’I yang merupakan
madzab paling besar dikalangan umat Islam di Muangthai.
Ikatan-ikatan budayanya telah
membantu memupuk suatu perasaan keterasingandikalangan mereka terhadap
lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai. Sejak bangsa Muangthai
untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang taklukkepada
kekuasaannya. Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim
terus-menerusmemberontak terhadap kekuasaan Muangthai. Keinginan mereka adalah
untuk menjadibagian dari Dunia budaya Melayu Muslim
dengan pemerintahan otonom. Akhirnyakeinginan yang tak pernah
mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomidan budaya
mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecilyang
mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri
Muangthai.Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang
pedesaan.
Perkembangan Islam
di Muangthai telah banyak membawa
peradaban-peradaban,misalnya :
1) Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat
megah dan indah.
2) Golongan Tradisional dan golongan
ortodoks telah menerbitkan majalah Islam“Rabittah”.
3) Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al Jihad”.
3.
Islam di Philipina
Philipina adalah negara kepulauan
dengan 7.107 pulau, dengan jumlah penduduksekitar 47 juta jiwa, dengan
menggunakan 87 dialek bahasa yang berbeda-beda yangmencerminkan banyaknya suku
dan komunitas etnis. Orang-orang Islam di Philipinamenamakan dirinya “Moro”.
Namun nama ini sebenarnya bersifat politis, karena dalamkenyataannya Moro
terdiri dari banyak kelompok etno linguistik, umpamanya Maranow,Maquindanau,
Tausuq, Somal, Yakan, Ira Nun, Jamampun, Badjao, Kalibugan, Kalagandan
Sangil.Jumlah masyarakat Moro sekitar 4,5 juta jiwa atau 9 % dari seluruh
pendudukPhilipina.
Bila direntang ke belakang,
perjuangan bangsa Moro dapat dibagi menjadi 2 fase,yaitu:
pertama , berjihad melawan
penguasa Spanyol selama 377 tahun (1521-1898).
Kedua, Moro melawan pemerintah
Philipina (1970-sekarang).Kedatangan orang-orang Spanyol di Philipina atau
menundukkan secara halusdengan hadiah-hadiah orarng-orang Spanyol dapat
memperluas kedaulatannya ke seluruhperkampungan Philipina. Akan tetapi Spanyol
mendapatkan perlawanan sengit ketikamenghadapi kesultanan Islam di wilayah
selatan, yakni Sulu, Maquindanau dan Buayan.Rentetan peperangan yang panjang
antara Spanyol dan Islam hasilnya tidak nampak, yangnampak adalah bertambahnya
ketegangan antara orang kristen dan orang Islam Philipina.Amerika menguasai
Philipina setelah mengalahkan Spanyol. Hubungan dengan masyarakatMuslim
Philipina lebih baik. Ini merupakan efek dari kebijakan resmi Amerika untukmembiarkan
kehidupan keagamaan orang Islam dan
kebiasaan ritualnya.
Namundemikian,
Islam dibenci dan dicurigai. Untuk itu, kontak-kontak dengan saudaranya
yangterdekat di pulau Kalimantan dan pulau-pulau lainnya di Indonesia dibatasi.
Ketikasebagian besar rakyat Philipina memilih dibawah protektorat Amerika,
masyarakat MuslimPhilipina (dipelopori seratus tokoh agama dari Manarao) pada
bulan Maret 1935 menulissurat kepada Presiden Roosevelf yang intinya
persetujuannya terhadap pemerintahanprotektorat khusus untuk
masyarakat Muslim yang terpisah dengan Philipina, tapipermintaan ini
dikabulkan Amerika.
Ketika Manuel Quezon (presiden
Persemakmuran) menyatakan bahwa undang-undang nasional akan ditetapkan secara
sama terhadap orang-orang Islam dan Kristen,mendapat reaksi keras dari kelompok
Islam, karena secara mencolok mengabaikan sistem-sistem sosial dan hukum
tradisional Islam, undang-undang nasional itu lebih banyak mengambil
dari etika Kristen dan sejarah sosial
Barat. Sebagian pemimpin Islamber keyakinan bahwa peraturan
pemerintah yang baru itu merupakan rencana jahat yang disengaja untuk mematikan
Islam di Philipina (Majul, 1989:8-20). Setelah kemerdekaannyaPhilipina tanggal
4 Juli 1946, Masyarakat Moro tetap melanjutkan perjuangannyabagikemerdekaan
Moro.
Pemerintahan Philipina yang baru
tetap melanjutkan kebijakan masakolonial yakni melakukan tindakan-tindakan
reprersif kepada gerakan separatis Moro. Pemindahan masyarakat katolik
Philipina ke wilayah Mindanao –yang mayoritas beragamaIslam- terus dilakukan.
Menjelang tahun 1960, tingginya para pemukim baru yang berasaldari Philipina
Utara dan Tengah membuat Moro menjadi Minoritas di wilayah tinggalnya sendiri.
Pemerintahan Philipina,
seperti halnya pemerintah kolonial Amerika,ugamengeluarkan
sejumlah uindang-undang yang mensyahkan pengambilan tanah yang secara
turun-temurun dimiliki penduduk Muslim Moro
guna pembangunan proyek perkebunan dan pemukiman.
Kondisi perekonomian yang semakin
menurun dikalanganpenduduk Muslim Moro ditambah lagi derngan kasus pembunuhan
di Jabaidah telahmemicu lahirnya gerakan Mindanao Merdeka MIM (Mindanai
Independence Movement) ditahun 1968, tapi gerakan ini dapat diatasi oleh
pemerintah Philipina dengan menberi posisiyang strategis kepada tokoh-tokoh
MIM. Hal ini menimbulkan kekecewaan pada kader-kader muda dibawah
pimpinan Nur Misuari.
Kader muda itu
membentuk FrontPembebasan Nasional Moro (MNLF- Moro National Liberation
Front), sebuah organisasiyang dikenal sangan militan.Tujuan dari organisasi ini
adalah memperjuangkan kemerdekaan penuh dari tanahMoro. MNLF ini mandapat
simpati dari negara-negara Islam dibawah sehingga memaksapresiden Marcos
menyetujui perjanjian Tripoli pada tanggal 23 Desember 1976.
Perjanjian ini memberikan peluang
pembentukan wilayah Mindanao sebagai suatu wilayah otonomyang meliputi 3
propinsi dan 9 kota. Marcos bersikeras bahwa untuk menentukan daerahotonomi itu
perlu diadakan referendum. Hal ini ditolak MNLF, akibatnya berlanjut
lagidiakhir tahun 1977, yang pada akhirnya membuat pemimpin MNLF, Nur Misrua
melarikandiri ke Timur Tengah. Gagalnya perjanjian Tripoli ini memunculkan
organisasi sempalanyang tidak puas terhadap sepak terjang Nur Misuari , Bibawa
Nashim Salamat, berdirilahFront Pembebasan Islam Moro (Moro Islam Liberation
Front-MILF). Ketika menjadi presidendi tahun 1986,
Aquino mengeluarkan undang-undang baru yang
mendeklarasikanberdirinya wilayah otonom bagi Muslim Mindanao tapi MNLF pecah
untuk bersatu danmemperbaharui perjuangan bersenjata demi berdririnya Republik
Bangsa Moro yangberdaulat. Pengangkatan Fidel Ramos sebagai Presiden
Philipina di tahun 1992, memberiharapan baru bagi Nur Misuari. Presiden
mermbuka negoisasi dengan MNLF tahun 1996.Persetujuan yang ditandatangani
dengan MNLF menyatakan bahwa MNLF menjadi badanpengawas atas semua proyek
pembangunan ekonomi diseluruh propinsi Mindanao untuk 3tahun dan Nur Misuari
sebagai Gubernur di wilayah itu. Ternyata perjanjian itu terbuktiberhasil
mengurangi perlawanan bersenjata di Mindanao. Pemecahan yang paling jitu
atasproblem bangsa Moro adalah kemerdekaan penuh lepas dari Philipina dan
berdirinyanergara Islam Moro (Budiwanti, 2000:137-142).
Menurut Majul, ada
3 alasan yang menjadi penyebab sulitnya
bangsa Moro berintegrasi secara penuh kepada pemerintah Republik
Philipina.
Pertama Bangsa Morosulit
menghargai undang-undang nasional, khususnya yang mengenai hubungan pribadidan
keluarga, karena jelas undang-undang itu berasal dari Barat dan Katolik.
Kedua, sistem sekolah yang menetapkan
kurikulum yang sama, bagi setiap anak Philipina disemua daerah tanpa membedakan
perbedaan agama dan kultur, membuat bangsa Moromalas untuk belajar di sekolah.
Ketiga Bangsa Moro masih trauma
dan kebencian yangmendalam terhadap program pemindahan penduduk yang dilakukan
oleh pemerintahPhilipina ke wilayah mereka di Mindanao, karena program ini
telah merubah posisi merekadari mayoritas menjadi minoritas hampir di segala
bidang kehidupan.
Sejumlah ahli mengajukan teori bahwa
sumber Islam di kepulauan Melayu-Indonesia adalah anak benua India selain Arab
dan Persia. Orang pertama yang menggunakan teori ini adalah Pijnappel yang
berkebangsaan Belanda dari universitas Leiden. Dia mengaitkan asal-usul Islam
di Nusantara ke kawasan Gujarat dan Malabar dengan alasan bahwa orang-orang
Arab bermadzhab Syaf’I bermigrasi dan menetap di daerah-daerah tersebutyang
kemudian membawa Islam ke Nusantara.Teori ini
kemudian direvisi oleh Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa Islammemperoleh
pijakan yang kuat di kota-kota pelabuhan India Selatan. Sejumlah Muslim Dhaka
banyak yang hidup disana sebagai perantara dalam perdagangan antara Timur
Tengah dan Nusantara yang datang di kepulauan Melayu sebagai para penyebar
Islam pertama.
Berikutnya Snouck Hurgronje berteori
bahwa mereka diikuti oleh orang-orangArab, terutama yang mengaku sebagai
keturunan Nabi Muhammad SAW. Dengan memakai gelar Sayyid atau Syarif, yang
menjalankan dakwah Islam, baik sebagai para ustadzmaupun sultan. Snouck
Hurgronje tidak menyebutkan secara eksplisit bagian mana dariIndia Selatan yang
dia lihat sebagai sumber Islam di Nusantara. Meskipun demikian, diaberpendapat
bahwa abad ke-12 merupakan waktu yang paling mungkin bagi saat paling awal
Islamisasi di kepulauan Melayu-Indonesia.
Ilmuwan Belanda lainnya, Muquette, menyimpulkan
bahwa asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat di pesisir
selatan India. Dia mendasrkan kesimpulannya setelahmempertimbangkan gaya batu
nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, khususnyayang bertanggal 17
Dzuhijjah 831 H / 27 September 1428 M, yang identik dengan batunisan yang
ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik, Jawa timur. Dia
menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik
sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat.
Dia berspekulasi bahwa dari
penemuan-penemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya di produksi untuk pasar
lokal, tetapi juga untuk pasar luar negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh
karena itu, berdasarkan logika linier, Moquette menyimpulkan bahwa karena
mengambil batu nisan dari Gujarat, orang-orang Melayu-Indonesia juga mengambil
Islam dari wilayah tersebut.Dengan logika linier yang lemah itu tidak heran
kalau kesimpulan Muquette ditentangoleh Fatimi yang berpendapat bahwa salah
jika mengaitkan seluruh batu nisan yang ada diPasai, termasuk batu nisan Malik
al-Shalih, dengan Cambay. Menurut penelitiannya sendiri, gaya batu nisan Malik
al-Shalih sangat berbeda dengan corak batu nisan Gujaratdan prototype
Indonesianya.
Fatimi berpendapat bahwa pada
kenyataannya bentuk batunisan itu sama dengan yang ada di Bengal. Oleh karena
itu, sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa
semua batu nisan itu pasti diimpor dari Bengl. Ini menjadi alasan utamanya
untuk menyimpulkan lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan
Melayu-Indonesia adalah daerah Bengal (kini, Bangladesh). Agaknya teori Fatimi
sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada sejumlah pakar lain yang
telah mengambil alih kesimpulan Moquette. Yang menonjol diantara mereka adalah
Kern, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian diantara
mereka memberikan tambahan argumentasi untuk mendukung Moquette.
Ahli sastra Melayu, William Winstedt, misalnya menunjukkan batu nisan yangsama
di Bruas, tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung Malaya.
Sebagaimana telah diuraikan diatas pada penbahasan penyebaran
islam di Asia Tenggara yang tidak terlepas dari peran kaum pedagang muslim.
Hingga kontrol ekonomi pun dimonopoli oleh mereka. Disamping itu pengaruh
ajaran islam sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di Asia
Tenggara.
Islam mentransformasikan budaya masyarakat yang tekah diislamkan
di kawasan ini secara bertahap Islam yang etos dan lahir darinya muncul sebagai
dasar kebudayaan. Namun dari masyarakat yang telah di islam-kan dengan sedikit
muatan lokal. Islamisasi di kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di
bidang pendidikan, pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan.
Tradisi pendidikan islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Pertumbuhan masyarakat muslim dari berbagai aspekpun perlahan
mengalami perkembangan dan sampai sekarang telah melahirkan kebudayaan muslim
baru yang besar dan kokoh seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dan lain-lain.
[1].
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (
Cet. Ke-4 Bagaskara Yogyakarta, 2012) hal. 19
[2] Siti
Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam,(Cet. I. Jurusan SPI Fak, Adab
Iain Sunan kalijaga Yogyakarta LESFI, 2003)
[3].
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Pustaka Hidayah), 2001
[4] Taufik
Abdillah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta : MUI)hlm 39
[5] Siti
Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam,( Lkis, 2003) hlm. 374
[6] Fatah
syukur NC, Sejarah Peradaban Islam , (Semarang:PT. Pustaka
Riski Putra. 2010) hlm. 183-184
[7] Samsul
Munir Amin, Sejarah peradaban Islam (jakarta : Amzah) 2010 h 332
[8] Badri
yatim. Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.2001) hlm. 210