Kasuistik Pikiran



manawaLOG — Mengesankan rotasi keilmuan yang menyebabkan terjadinya keterpisahan antara praktisi dan teori dalam sejarah pengetahuan saintisme..
Berbagai gejolakpun kian menerpai lembaran mazhab-mazhab berpikir, diatas kritisismenya idiologi hingga akan melahirkan pengetahuan baru menuju pengetahuan murni dari rangkaian peristiwa yang terjadi berabad-abad lamanya..
Hal yang unik terjadi pada aspek pergaulatan pikiran antara kesadaran murni dan kesadaran buatan manusia sampai tak tersisa pada produk kehendak manusia layaknya embrio yang gagal berkecambah menjadi produktifitas manusia sebagai binatang yang rasional. Manakala kesukaran itupun terjadi, maka akan berdampak pada tragis dan matinya sumber daya manusia dimuka bumi yang menjadikan teknologi lebih berperan penting dalam mengaplikasikan dan mengaktualisasikan dirinya sebagai mikro kosmis di planet kehidupan ini..
Keterpurukan kehidupan didalam masyarakat modern sering terlihat nampak sebagai wujud dari terbitnya cahaya baru yang kelam sebagai kekekalan dan takdir menuju suatu ketetapan nasib yang terbentur dengan nilai-nilai kemanusiaan..
Yang menjadi perihal dari kekakuan paradigma menempatkan pikiran sebagai bingkisan hidup yang lebih berwarna adalah kepunahan hasrat untuk mengenal diri dengan kemampuan alamiah berpikir, mencari pengetahuan yang tersimpan dalam misteri keabadian adalah batu yang mestinya dipecahkan oleh makhluk yang berpikir.
Apa yang kita harapkan?
Kesadaran manusia mestinya menjadi arah penentu terbukanya pintu kehidupan di hari kemudian untuk menentukan dan menciptakan sejarah baru sebagai pembaharuan hidup yang lebih bermartabat. Bukan sebagai hidangan yang disantap sebagai praktisi dalam gemelutnya lidah yang sekejap hilang manisnya dan kekenyangan sesaat, melainkan harus menjadi bekal yang diwarisi kepada regenerasi berikutnya.
Dalam mencapai suatu hal yang dicapai oleh manusia sebagai kebutuhan hidup seringkali terjadi dan terjebak antara ketetapan kebutuhan dan nilai penunjang dihari besok. Aktualisasi diri yang pada prinsipnya adalah manifestasi yang seharusnya dijadikan sebagai prinsip primer dalam upaya mengoptimisasi keberlangsungan hidup orang banyak dan bukan sebagai hal pragmatisme behavioral manusia semata, sehingga menghambat proses pencapaian manusia menuju kehidupan yang lebih beradap akan tercapai dalam manifesto kehendak yang primodial.
Diambang batas kehancuran manusia mengenai pergulatan hidup kian dirundung kebuntuan akibat patahan pemikiran yang merambah sampai pada timbulnya egosentrisme psikitalis manusia dari semangat mentalitas yang menjadi suara palsu dengan adanya kesadaran buatan, menjelma sebagai khalifah di muka bumi yang merdeka. 
Tak lepas pula ingatan terhadap berbagai kehancuran yang terjadi berabad-abad lamanya. Hingga kini, manusia hanya mampu menutupi kegelisahan diri dengan properti kehidupan yang semakin memperparah kondisi diri mereka semntara yang lain menampakkan dirinya sebagai wujud heroik dan yang lain pula berkamuplase dengan semboyan tipuan dunia untuk sementara waktu tampa memperdulikan nasib manusia lain yang secara lemah membutuhkan pertolongan dari tangan-tangan manusia yang mampu secara rasional. 
Masihkan kita mampu berpikir?
Setidaknya hanya sedikit dari mereka yang merelakan nasib hidup demi kedaulatan sebagai hidup yang baru. Dengan adanya upaya menyeimbangan nasib yang tanpa batas. 
Lantas manusia hanya berupaya untuk lari dari kenyataan dan mencari jalan lain untuk berdomisili dibawah kolom keistimewaan yang fana.
Itu sebabnya, ada sikap penegasan yang mengasumsikan bahwa manusia tidak dapat berpikir tentang kebenaran, dan kita pun tidak dapat berpikir tentang pencerahan, kita tidak dapat berpikir tentang cinta, dan bahkan secara prontal dapat dikatakan manusia tidak bisa memikirkan semua hal-hal besar dalam hidup karena mereka belum dapat diadopsi ke dalam kesadaran masa lalu.
Apa yang terjadi? 
Dalam skala untuk mencari jawaban yang manusia butuhkan adalah kecerdasan dan menelaah buku-buku besar dengan waktunya yang terbatas. Manusia harus sangat waspada dan cerdas untuk menemukan semua fakta dan angka yang relevan untuk memberikan jawaban atas kehidupan pikiran mandiri. Mereka yang biasanya mendapatkan predikat  pertama mulai kehilangan pegangan karena mereka tidak memiliki kecerdasan yang fleksibel, mereka hanya memiliki pikiran, dan sekarang pikiran itu menjadi penyumbatan masib tanpa batas.
Ini semua masih sangat primitif.
Kecerdasan dan kesadaran mereka akan dilihat dari cara menggunakan remote kontrol – bagaimana menggunakannya dengan bijak, bagaimana untuk tidak bercampur, bagaimana memahami pertanyaan-pertanyaan cerdas sehingga ia dapat menemukan jawaban yang cerdas pula. Tapi itu bukan pertanyaan dari pikiran. Jenis pendidikan yang berbeda pun akan dangat diperlukan sebagai upaya untuk mengajarkan manusia menjadi cerdas. Pada saat yang sama ketika pulpen diciptakan, manusia mulai kehilangan tulisan tangan mereka yang indah yang dahulu hanya menggunakan pena kuno sederhana manusia dapat menulis lebih baik daripada dengan pulpen modern.
Hal yang sama pula akan terjadi dengan kecerdasan palsu di waktu kini dan mendatang. 
Kesadaran bukanlah masalah karena pikiran hanya sebagai mesin penggerak. Masalahnya adalah isi dari pikiran itu yang memiliki kesadaran untuk berkehendak. Pikiran hanyalah sebuah wadah, dan di masing-masing kehidupan manusia berkesempatan untuk mendapatkan wadah kesadaran yang baru, manakala konten yang lama telah digeser sebagai sebuah lapisan yang mengelilingi kesadaran baru manusia.
Pastinya, terdapat kesadaran yang hadir dalam setiap kehidupan yang baru dan masih segar. Sampai manusia menjadi tercerahkan pun ia tetap menempel pada diri manusia. Namun, Ia  hanyalah debu dari semua kehidupan yang telah hidup, kenangan yang dilepaskan pikiran setelah manusia mati sehingga kenangan itu akan menempel di sekitar pusaran kesadaran yang menjadi lapisan yang tebal mengeras seperti batu.

Inilah yang seharusnya disadari oleh setiap individu, agar perilaku dari kehendak iltelektualitas harus dipelihara dan dijunjung tinggi secara sadar oleh pelaku kosmosentris yang dinamis.

_____________________________________________
Penulis: Alie Al-Hakim


Related Posts: