manawaLog – Berawal dari
pertanyaan yang mendasar, mengapa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) di
sandingkan dengan perkataan toleransi. Seperti judul narasi di atas??
Secara historikal, GmnI di lahir dari hasil
proses peleburan 3 (tiga) organisasi kemahasiswaan yang memiliki kesamaan
ideologi. "Marhaenisme" ajaran bung Karno.
Ketiga organisasi itu, adalah:
· Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang berpusat di Yogyakarta.
· Gerakan Mahasiswa Merdeka (GM-Merdeka) yang berpusat di Surabaya.
· Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta.
· Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang berpusat di Yogyakarta.
· Gerakan Mahasiswa Merdeka (GM-Merdeka) yang berpusat di Surabaya.
· Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta.
Asal muasal dan latar belakang dari upaya peleburan itu tak lain
dan tak bukan sala satunya adalah untuk menjaga persatuan, kesatuan dan
toleransi antar mahasiswa, nilai-nilai atau moral etis inilah yang harus di
pegang teguh oleh kaders GmnI di tengah-tengah konjangan gelombang kapitalisme
di era milenial ini. Upaya politis untuk menggiring nilai-nilai kultural toleransi yang menjadi karakter bangsa Indonesia mulai mengikis dan ironisnya,
pengikisan nilai-nilai itu, terjadi di berbagai dimensi termaksud media sosial
(medsos) tentunya ini menjadi bumerang tersendiri dalam mengolah kehidupan
sosial.
Oleh sebab itu, bangsa Indonesia patut bersyukur
karena beruntung memiliki GmnI sebagai sala satu organisasi kemahasiswaan
terbesar dan terpenting yang memiliki peran strategis untuk melahirkan kader Marhaenis yang menjujung tinggi nilai-nilai toleransi yang kuat, hidup tumbuh
sebagai tradisi pergaulan sosial di dalam masyarakat untuk mencapai
sosialiame sesuai dengan tujuan GmnI yang di amanatkan dalam konstitusi
pasal 3 AD/ART bahwa GmnI bertujuan “sebagai organisasi kader dan organisasi
perjuangan untuk menciptakan masyarakat sosialisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila 1 juni 1945 dan UUD 1945”.
Marhaenisme sebagai idiologi
Gerakan MAhasiswa Nasional Indonesia (GmnI) sebagai organisasi perjuangan yang
menjadikan "marhaenisme" ajaran Bung Karno sebagai ideologi"
perjuangannya haruslah memiliki peran aktif secara kontinyuitas perjalanan
historis kehidupan berbangsa dan bernegara, harus memiliki posisi tawar dan
peran strategis dalam konfigurasi kebangsaan untuk melahirkan generasi mudah
intelektual yang berwatak marhaenisme yang siap menjawab tantangan politik
kebangsaan kekinian.
Sebagai agen perubahan
Sebagai organisasi massa mahasiswa GmnI harus
pula menjujung tinggi tugas dan peran kemahasiswaannya sebagai Agent of change.
Sebagai aset sosial menghargai perbedaan, pembangunan, persatuan, persaudaraan dan
sangat menjaga toleransi antar umat beragama sebagai syarat untuk menciptakan
masyarakat sosialisme Indonesia.
Tantangan
Belakangan ini, kader GmnI sudah terjebak
dengan problem-problem politik praktis yang reme- teme.
Dalam pusaran itu tak ayal kaders GmnI
seringkali di jadikan bara api politik para elite politisi dan tak obahnya
sebagai oposan partai politik (parpol) tertentu untuk kepentingan bejat para
mafya yang hanya mementingkan kepentingan kekuasaan dan bisnis.
Kongres Ambon dan Rekontruksi
GmnI
Melalui Kongres yang nantinya diadakan di
kota Ambon beberapa bulan kedepan dalam ruang dialektika itu, GmnI harus
membongkar kebiasaan lama. Membongkar pola fikir, menata dan merekontrusi
kembali semangat pereburan 3 (tiga) organisasi agar wadah GmnI sebagai
organisasi perjuangan yang independen yang berjuang dan memiliki tugas
memperjuangkan hak-hak kaum marhaen.
Kongres GmnI 2019, yang akan di adakan di kota Ambon. Negeri Para
Raja, negeri laborarorium toleransi ini memiliki arti dan nilai tersendiri diberbagai
sengketa politik internal, dan berbagai problematika keorganisasian dan
kebangsaan saat ini bisa bangun melalui ide-ide, kebijakan-kebijakan yang akan
yang tertuang dalam perhelatan kongres nantinya.
Suasana toleransi kota Ambon juga akan memberi semangat tersendiri
dalam kongres sesuai dengan karakter dan sifat asli masyarakat Maluku yang sangat
mencintai akan toleransi.
Maka GmnI sebagai lokomotif gerakan dan
pemersatu seluruh kaulah mudah dari Sabang sampai Meraoke hendaknya dapat
mempertegas jalannya revolusi indonesia sesuai dengan amanat Bung Karno "sosialisme Indonesia bisa tercapai hanya dengan berdiri di atas prinsip "PERSATUAN,
PERSAUDARAAN, PERMUSYAWARATAN, KEADILAN dan KETUHANAN".
Inilah satu-satunya prinsip untuk memperkuat
toleransi.
GMNI JAYA
_____________________________________________