Sejarah Pemikiran - Sumber Segala Hikmah dan Induk Segala Ilmu

manawaLog - Sejarah pemikiran yang maksimal atau sekurang-kurangnya sisi pencapaian maksimal merupakan hikmah dan filsafat. Sejarah filsafat tersebut layak ditengahkan agar generasi masa kini dapat memahami berbagai peristiwa besar dalam dunia pemikiran dan segala perubahannya dalam sepanjang zaman.
https://manawalog.blogspot.com/
Sejarah pemikiran itu sesungguhnya merupakan kenyataan tragis yang muncul dalam arena kehidupan, dimana banyak manusia besar yang telah memainkan peranan menonjol dan saling bertarung antara satu sama lain.
Bagaimana mungkin orang-orang Arab mengenal filsafat dan ilmu pengetahuan, jika kenyataannya mereka tidak menaruh perhatian pada syarat utama yang diperlukan untuk untuk mengenal peradaban walau hanya secara teoritis yakni mencatat dab menulis buku untuk mengabadikan kemajuan pikiran yang mereka terima dari suatu generasi ke generasi berikutnya sebagai pusaka pemikiran. 
Pada hal generasi baru sangat membutuhkan cara pengabadian seperti itu untuk kemudian mereka perkaya pula denganberbagai penemuan baru hasil pencapaian akal pikiran mereka.
Peradaban Islam, mempunyai keistimewaan di bandingkan dengan peradaban lainnya. Karena peradaban Islam dapat bertahan jauh lebih lama daripada peradaban orang-oang Kaldan, Suryani, Persia dan Yunani. 
Tidak diragukan lagi bahwa panji filsafat yang pindah ke Eropa pada zaman renaisance berasal dari orang-oang Arab, lantas mengalami perkembangan sampai zaman kita dewasa ini, dan mulai kembali lagi pada orang Arab.
Setelah ilmu pengetahuan mengalami perkembangan, dan setelah ahli-ahli Arab lebih mendalaminya lagi sampai berhasil meletakkan kaidah-kaidah hukumnya, barulah para ahli fikir dapat meningkatkan ilmu pengetahuan menjadi filsafat dan menempatkannya pada landasan yang kokoh. 
Tetapi kemudian, gelombang penelitian ilmiah dan pengkajian ilmu alam dan ilmu pasti terhenti, maka ilmu filsafat pun ikut tersorot dan kehilangan landasan tempat berpijak.
Jika itu telah tercapai barulah kita dapat berbicara tentang Filsafat Islam, atau berbincang lagi dengan Filsafat Arab. Berkat revolusi politik, sosial dan kebudayaan, yang sedang terjadi dewasa ini, insya Allah filsafat Islam kelak akan muncul kembali.
Tulisan ini berupaya memberi pengertian pada kita bagaimana menerjemahan ilmu filsafat kedalam bahasa Arab, dan bagaimana pula sesungguhnya “Zaman Penerjemahan” sebagai proses awal perpindahan ilmu pengetahuan. Juga akan dapat diketahui berbagai buku ilmiah terpenting pada masa itu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Mulanya kaum filosof keluar sebagai pemenang. Tetapi akhirnya mereka terpental, dan layar turun menutup panggung filsafat. Filsafat kemudian divonis sebagai pemikiran kufur dan orang diharamkan untuk menekuninya.
Baca juga: Filsafat sebagai Ilmu Kritis - Franz Magnis Suseno
Sebelum menganut Islam orang Arab tidak mengenal filsafat. Mereka  sama sekali tidak menaruh perhatian pada ilmu pengetahuan dan peradaban yang datang dari negeri tetangganya, seperti yang dibawa oleh orang Mesir kuno, orang Yunani, Babilonia, Kaldan, Persia dan India. 
Dalam buku Tahshilus-Sa'adah (Memperoleh Kebahagiaan) Al-Farabi mengetengahkan kisah perjalanan filsafat dari bangsa-bangsa kuno sampai pada orang Arab, :
"Konon ilmu tersebut pada zaman dahulu milik orang-orang Kaldan, penduduk Iraq. Lantas berpindah pada orang Mesir lalu berpindah lagi pada orang Yunani. Beberapa kurun waktu kemudian, ilmu tersebut berpindah lagi pada orang Suryani dan selanjutnya pada orang-orang Arab. Semua yang tercakup di dalam ilmu iti dirumuskan dalam bahasa Yunani, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Suryani lalu kedalam bahasa Arab. Ilmu yang mereka peroleh dari orang-orang Yunani itu pada umumnya mereka beri nama Hikmah dan Hikmah Terbesar. Sedangkan penekunan dan penguasaannya dinamakan Filsafat, yang berarti mengutamakan dan mencintai Hikmah Terbesar. Orang yang menguasai ilmu disebut Filosof, yakni orang yang mencintai dan mengutamakan Hikmah Terbesar. Mereka berpendapat bahwa Hikmah Terbesar itu merupakan keutamaan, karena itu mereka menamakannya: Sumber Segala Ilmu, Induk Semua Ilmu, Sumber Segala Hikmah dan Sumber Kecakapan Manusia."
Filsafat pindah ke tangan orang Arab setelah Islam. Setelah agama baru itu mengantarkan mereka ke dalam kehidupan baru, dan mengangkat derajat mereka dari ruang lingkup kesukuan yang sempit di Semenanjung Arabia ke cakrawala kemanusiaan yang luas.
Baca juga: Dunia Sophie Sebuah Novel Filsafat - Jostein Gaarder
Ketika itu kaun Muslimin telah mempunyai sebuah negara besar yang wilayahnya membentang dari negeri Cina di Timur Jauh sampai Andalusia di Barat (sekarang: daerah-daerah Portugis dan Spanyol). Semuanya, atau sebagian besar penduduk wilayah negara yang seluas itu beragama Islam dan berbicara dengan satu bahasa, yaitu bahasa Arab.
Sejak saat itu samoai sepuluh abad lamanya kaum Muslimin menjadi pengibar panji peradaban dunia. Mereka menyelami berbagai macam ilmu pengetahuan, keahlian dan teknologi. Semuanya itu mereka tekuni dan mereka dalami sehingga menjadi filsafat, yang sebagaimana dikatakan Al-Farabi, Sumber Segala Hikmah dan Induk Segala Ilmu.
Pada umumnya, demikian pula halnya peradaban. Ia tumbuh dalam kehidupan suatu bangsa, kemudian berkembang dan akhirnya menyusut namun tidak mati, tetapi pindah pada bangsa lain. 
Dengan mengikuti sejarah filsafat yang penulis uraikan dalam tulisan ini, maka perlu diketahui bahwa perkembangan filsafat selama seribu tahun yang lalu itu baru terjadi setelah orang-orang Arab mencurahkan perhatian besar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan dan setelah mereka memainkan peranan yang sangat menonjol. 
Baca juga: Filsafat sebagai Ilmu Kritis - Franz Magnis Suseno
Kini orang Arab kembali mencurahkan perhatiannya sangat besar terhadap ilmu pengetahuan. Adalah sukar bagi orang-orang Arab untuk dapat menguasai kembali kepemimpinan dalam ilmu filsafat sebelum mereka menghayati kembali ilmu pengetahuan secara masif. Dan sebelum mereka bangkit meraih ilmu pengetahuan yang pernah hilang itu ke tangan mereka sendiri. 


_________________________________________
Penulis: Alie Al-Hakim

Related Posts: